Sejarah Batik di Kota Pekalongan

sejarah batik di kota pekalongan

Sejarah batik Pekalongan tidak terdokumentasi secara resmi, akan tetapi menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800-an. Perkembangan batik Pekalongan cukup pesat pada tahun 1825-1830-an setelah terjadi perang besar di kerajaan Mataram yang sering disebut perang Diponegoro atau perang Jawa. Terjadinya perang ini berimbas juga pada keluarga kerajaan dan mengharuskan mereka untuk keluar dari kraton termasuk pengikut-pengikutnya.

Mereka melakukan perjalanan terpisah ke timur dan barat, ditempat tinggal baru mereka tetap mengembangkan batik. Batik Pekalongan kembali mengalami perkembangan pesat pada tahun 1900-an karena banyaknya permintaan dari dalam dan luar negeri. Peran wirausahawan pribumi dalam industri batik terjadi pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, karena banyak golongan elite baru yang memerlukan kebutuhan sandang mereka, oleh karenanya perekonomian saat itu bisa dikatakan maju, lapangan kerja juga banyak. Ditambah lagi jalur kereta yang dibuat di Pekalongan yang memudahkan pengiriman batik ke luar kota menjadi lebih mudah.

Batik Pekalongan kembali mengalami penurunan pada masa Perang Dunia I dan bangkit kembali pada tahun 1920-an. Tercatat pada tahun 1927, di kota Pekalongan terdapat 881 perusahaan batik yang tersebar di 4 Distrik yaitu Orderdistrik Buwaran dengan 278 perusahaan, Orderdistrik Tirto dengan 224 perusahaan, Orderdistrik Poncol dengan 124 dan Orderdistrik Kota dengan 225 perusahaan.

sejarah batik di kota pekalonganSelang tiga tahun tepatnya tahun 1930-an, batik pekalongan kembali mengalami masa lesu. Banyak orang-orang yang kerja dari batik mengalami masa sulit bahkan beralih profesi jadi penangkap ikan. Pengusaha yang bangkrut juga beralih usaha dengan membuka warung, tidak sedikit pula buruh batik yang merantau meninggalkan Pekalongan untuk mendapatkan penghidupan baru. Keadaan ini akibat dari ketidakprofesionalan dalam usaha, pengelolaan dana dan produksi yang tidak terencana serta persaingan usaha yang ketat.

Dari latar belakang keadaan yang sulit ini akhirnya beberapa pengusaha batik Pekalongan dan beberapa tokoh lain mendirikan 2 Koperasi Batik yaitu Koperasi Batik Setono dan Koperasi Batik Pekajangan pada tahun 1939. Salah satu tujuan berdirinya koperasi batik adalah untuk menghadapi persaingan usaha dengan pengusaha Tionghoa. Pada pendudukan Jepang, pengusaha kecil pribumi mendapat tempat yang terhormat akibat penyitaan bahan katun yang bagus dari pemerintah Belanda dan diserahkan kepada pengusaha pribumi untuk dibuat batik dengan desain dari pemerintah Jepang, karena biasanya dari pemerintah Belanda diserahkan kepada pengusaha Tionghoa.

Agresi Militer Belanda II pada tahun 1949 sebagai upaya untuk mengambil alih lagi dari pemerintah Indonesia yang menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945 menyebabkan beberapa daerah terisolasi dan mengalami berbagai kesulitan termasuk kebutuhan sandang. Kota Pekalongan kala itu tidak termasuk daerah terisolasi karena tidak termasuk daerah pendudukan Belanda, sehingga tidak mengalami kesulitan-kesulitan tersebut akibat blokade Belanda. Daerah yang kekurangan sandang, jadi peluang bagi Pekalongan untuk memenuhi kebutuhan sandang daerah blokade Belanda sehingga industri batik Pekalongan kembali mengalami masa kejayaan dan membawa kesejahteraan masyarakat Pekalongan secara umum.

Demikian sekelumit sejarah batik di Pekalongan, semoga dengan informasi sejarah batik Pekalongan ini dapat menambah pengetahuan anda tentang batik. Semoga bermanfaat.

About | Contact | Privacy Policy
Copyright © Batik's Pekalongan - Powered by Blogger